Total Tayangan Halaman

Selasa, 13 Juli 2010

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyuluh pertanian yang kompeten adalah penyuluh yang mampu memanfaatkan faktor-faktor yang berpotensi dalam dirinya untuk mendukung peningkatan kinerjanya dalam penyuluhan pertanian. Faktor tersebut terkait dengan kompetensi penyuluh (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang dicirikan oleh beberapa aspek yang mendukung dalam meningkatkan kinerjanya yaitu : 1) pendidikan dasar penyuluhan, meliputi pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan dan penyuluh partisipatif, 2) pengetahuan teknis penyuluh meliputi pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Kompetensi penyuluh pertanian merupakan perwujudan kemampuan dari sebuah pernyataan terhadap apa yang harus dilakukan oleh penyuluh tersebut ditempat ia bekerja untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai standar yang dipersyaratkan untuk mencapai target kinerja yang diharapkan. Standar atau persyaratan kompetensi tersebut harus dimiliki oleh para penyuluh pertanian dalam mendukung kinerja penyuluh pertanian ditempat ia bekerja. Karena kompetensi yang dimiliki penyuluh pertanian akan berpengaruh pada peningkatan kinerjanya.
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Mulyasa, 2002). Sedangkan kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika yang diiginkan dapat tercapai dengan baik. Menurut Arimbawa (2007), ada beberapa karakteristik indikator kinerja penyuluh yaitu kunjungan kerja setiap bulan ke wilayah desa binaan, adanya program kerja yang dibuat setiap kunjungan kerja ke desa binaan, adanya laporan kegiatan yang dilakukan setiap bulannya, kedisiplinan, materi penyuluhan dan metode yang digunakan dalam penyuluhan.
Keberhasilan penyuluh dalam pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kemampuan dan semangat kerja dalam meningkatkan kinerjanya. Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak kebijakan pembangunan pertanian ditingkat lapangan dan sekaligus penghubung dan fasilitator antara petani dan pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan upaya pemberdayaan bagi penyuluh yang mampu mengembalikan kemampuan petani dan keluarganya, kemandiriannya, dan keswadayaannya. Agar mereka mampu mengelola usahataninya dan mempunyai daya saing yang tinggi. Dengan demikian, kinerja penyuluh pertanian dapat pula berhasil sesuai tugas dan fungsinya.
Kompetensi Penyuluh pertanian perlu mendapat perhatian yang serius, karena peningkatan dan penurunannya akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan dan penurunan kinerja penyuluh. Kompetensi yang tinggi akan sangat mendukung kinerja seseorang dalam melaksanakan tugas rutinnya. Tinggi rendahnya tingkat kompetensi akan berpengaruh langsung terhadap sasaran yang dicapai.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Sulawesi Tenggara untuk kembali memantapkan dan mengukuhkan status keprofesian penyuluh dalam pembangunan pertanian telah diwujudkan dengan berdirinya lembaga-lembaga yang mengorganisasikan secara khusus bidang penyuluhan pertanian seperti pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BAKORLU), pada tingkat kabupaten/kota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BAPPELU) dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Lembaga-lembaga ini bukan hanya mengorganisasikan kegiatan penyuluhan pertanian agar lebih mantap, namun juga pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk terlaksananya keberhasilan penyelenggaraan orientasi pendidikan dan pelatihan kedinasan bagi penyuluh pertanian yang disebut LAKU (Latihan dan Kunjungan), sehingga mereka memiliki kompetensi sumber daya manusia yang optimal dalam meningkatkan kinerjanya.
BAPPELU (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) bertindak dalam melatih dan mengawasi kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang dilakukan oleh penyuluh BPP kecamatan kota Kendari. BAPPELU berperan penting membantu penyuluh pertanian dalam menampung dan memecahkan masalah yang ditemukan di lapangan serta membimbing penyuluh agar selalu mengikuti dan menerapkan teknologi baru. BPP kecamatan kota Kendari dapat difungsikan sebagai basis koordinasi seluruh kegiatan penyuluhan dari semua sektor pembangunan. Peran penyuluh BPP kecamatan sebagai jembatan penghubung antara sumber informasi dari BAPPELU maupun peneliti. Tugas dan tanggung jawab penyuluh pertanian sangat penting dalam sektor penyelenggaraan penyuluhan lintas sektoral yang efektif dan efisien, terutama menyusun programa penyuluhan di wilayah kerja binaannya.
Jumlah penyuluh PNS yang berada dibawah pengawasan BAPPELU sebanyak 31 orang yang tersebar dibeberapa BPP Kecamatan Kota Kendari. Lingkup kerja penyuluh pertanian berjumlah enam puluh empat kelurahan dan sasaran usahataninya yaitu petani tanaman pangan dan holtikultura. Luas usahatani tanaman pangan seluas 2.460,8 hektar, sedangkan untuk tanaman holtikultura seluas 5.437,079 hektar. Luas usahatani penyuluh pada petani tanaman pangan dan holtikultura yaitu 7.897,879 hektar (BAPPELU, 2008).
Sejalan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Kompetensi dan Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Kendari”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah.:
1. Bagaimana kompetensi penyuluh pertanian yang ada di BAPPELU Kota Kendari?
2. Bagaimana kinerja penyuluh pertanian di BAPPELU Kota Kendari?
3. Bagaimana hubungan antara kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian di BAPPELU Kota Kendari?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Kompetensi penyuluh pertanian yang ada di BAPPELU Kota Kendari.
2. Kinerja penyuluh pertanian di BAPPELU Kota Kendari.
3. Hubungan antara kompetensi dan Kinerja penyuluh pertanian di BAPPELU Kota Kendari.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Bahan informasi dan masukan bagi penyuluh pertanian .
2. Bahan informasi bagi pengambil kebijakan yang berhubungan dengan kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian.
3. Bahan pertimbangan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa.







TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kompetensi Penyuluh
Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai “kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas “atau sebagai “memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan”. Dalam pengertian yang luas ini jelas bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, kererampilan, dan kemampuan sebagaimana disyaratkan. Kata kompetensi dipilih untuk menunjukkan tekanan pada “kemampuan mendemostrasikan pengetahuan” (Suparno, 2001).
Kompetensi menurut Mulyasa (2002), merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Syah (2002) menyatakan bahwa pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai standar yang ditetapkan. Kompetensi adalah sebuah pernyataan terhadap apa yang seseorang harus lakukan ditempat ia bekerja , selain itu kompetensi harus mencakup lima dimensi yaitu : (1) Task skills yaitu mampu melakukan tugas per tugas, (2) Task management skills yaitu mampu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan, (3) Contigency management skills yaitu tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, (4) Environment skills/job role yaitu mampu menghadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja/Beradaptasi dengan lingkungan, (5) Transfer skills yaitu mampu menstransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda (situasi yang baru/tempat)
(http://mengerjakantugas .blogspot.com/2009/03/pengertian-kompetensi.html).
Gordon (Mulyasa, 2002), menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu.
3. Kemampuan (skills); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Pengetahuan merupakan hierarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diketahui, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang akan dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir, oleh Brunner disebut sebagai “(cognitive strategy,)” suatu proses untuk memecahkan masalah baru (Suparno: 2001).
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap.
Azwar (Sukmawati, 2006), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap dipandang mempunyai komponen afektif atau emosional, aspek konatif dan berakibat pada tingkah kaku atau behavioral consequences (Suparno, 2001). Gagne (Suparno, 2001) menekankan pada efek sikap terhadap pilihan-pilihan tingkah laku individu. Keadaan internal yang mempengaruhi pilihan-pilihan ini mempunyai aspek intelektual maupun aspek emosional. Hal tersebut diperoleh individu sepanjang hidupnya melalui pergaulannya baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan ketiga. Tentu saja, perbuatan yang dipilih seseorang dipengaruhi kejadian-kejadian khusus pada waktu itu, tetapi, kecenderungan-kecenderungan yang bersifat tetap mengakibatkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi tertentu dan itulah yang dimaksud sikap.
Menurut Sarwono (2002), sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalam pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih lama dan berbekas.
Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot (Suparno, 2001). Selanjutnya dikatakan bahwa seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancer dan tepat waktu.
Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Keterampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part-skills), memungkinkan dikuasainya keterampilan tersebut. Jika penguasaan atas keterampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001). Seorang petugas penyuluh harus mempunyai kualitas teknis tertentu dan kemampuan sosial jika ia hendak melaksanakan tugasnya dengan efektif. Misalnya petugas penyuluh memiliki kredibilitas terhadap petani, artinya para petani sangat respek kepadanya sebagai orang yang memiliki kemampuan teknis pada daerah penghasil pertanian. Penyuluh juga menginterpretasikan hasil pengamatan dengan teliti dan benar. Pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip ekonomi memanajemen pertanian juga perlu untuk membantu para petani dengan mengendalikan keuangan dan perencanaan serta untukmenggabungkan usaha-usaha komersial mereka dengan sukses. Akhirnya, penyuluh harus memahami aspek-aspek praktis pertanian. Hal ini bukan menganjurkan agar lebih ahli dalam mempraktekkan seluruh kegiatan-fisik yang berhubungan dengan pertanian dari pada kegiatan yang dilakukan petani. Namun, petugas penyuluh harus mampu dan cakap mendemonstrasikan pengetahus lapangannya dan lebih baik lagi jika mampu menguasai beberapa diantaranya. Oleh karena itu pengalaman tentang kegiatan pertanian merupakan bagian dari pelatihan setiap petugas penyuluhan yang baik. Kemampuan teknis benar-benar penting. Namun, kemampuan teknis itu tidak cukup untuk menghasilkan petugas penyuluh yang baik.Pekerjaannya berhubungan dengan orang sehingga ia harus mampu berhubungan baik dengan mereka dan mengetahui bagaimana berkomunikasi secara sederhana, tetapi mengena pada sasaran (Hamundu, 1997).
Berdasarkan analisis perilaku petani bagi usahataninya, maka penyuluh pertanian harus mempunyai kompetensi dalam hal : 1) sistem sosial setempat, 2) perilaku petani, 3) analisis system, 4) analisis data, 5) merancang metode penyluhan pertanian, 6) perencanaan usaha pertanian, 7) menajemen teknologi, 8) ekonomi rumahtangga, 9) mengembangkan teknologi lokal spesifik, 10) petani belajar, 11) mengembangkan kelompok dan organisasi, 12) perilaku pasar, 13) peta kognitif petani, 14) teknologi produksi, 15) kerja sama (http://cache.Kualifikasi SDM Penyuluh.hl.id.).
Kompetensi pengetahuan (learn to know): mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Penyuluh, IPTEK Pertanian dan IPTEK Sosial Ekonomi Pertanian untuk bekal bertindak sebagai penyuluh pertanian professional dalam melaksanakan tugas-tugas penyuluhan yang lebih kompleks, termasuk di dalamnya kegiatan pengkajian, perancangan dan pengembangan penyuluhan di bidang pertanian. Keterampilan (learn to do): terampil dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Penyuluhan, IPTEK Pertanian dan IPTEK Sosial Ekonomi Pertanian untuk bekal bertindak sebagai penyuluh pertanian profesional, terutama teknologi sepadan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi serta mampu mengantisipasi dinamika permasalahan yang akan datang. Sikap (learn to be): mampu mengembangkan sikap sebagai penyuluh pertanian professional yang dilandasi kompetensi penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas penyuluhan dibidang pertanian dengan mengakomodasikan aspirasi masyarakat, norma-norma dan etika yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat (Fawzia Sulaiman, dkk, 2005).
Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Selama ini yang banyak diperbincangkan adalah pengetahuan dan keterampilan, yang ternyata bukan merupakan jaminan keberhasilan. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah perilaku
(http.//www.waingapu.com/kategori-budaya/kompetensi.html).
Ramasamy (2005), menyebutkan bahwa kebanyakan cendekiawan setuju
bahwa pada dasarnya kompetensi terdiri dari tiga unsur utama yaitu pengetahuan (cognitive domain), kemahiran (psychomotor domain), dan sikap/kualiti pribadi (affective domain). Ketiga-tiga unsur ini secara langsung mempengaruhi tata kelakuan (behavior) anggota dan cara mana sesuatu tugasan (task). Pemilikan kompetensi yang sewajarnya diandaikan akan menyumbang kepada peningkatan prestasi individu dan seterusnya meningkatkan prestasi dan kecemerlangan organisasi.
Sejalan hal tersebut, kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain dalam hal bagian-bagiannya. Menurut Suparno (2001), makin kompleks, kreatif, atau profesional suatu kompetensi, makin besar kemungkinan diterapkan dengan cara berbeda (different fashion) pada setiap kali dilakukan, bahkan oleh orang yang sama. Hal ini berbeda dengan kompetensi teknis yang relatif merupakan tindakan mekanis yang setiap kali diterapkan dengan menggunakan cara yang sama (usually premium for precision).
Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Kompetensi tersebut terbentuk secara transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak yang terlibat secara aktual. Kompetensi manusia akan meraih kesuksesan dalam hidup, serta mendorong untuk terus mengembangkan tujuan-tujuan. Pengembangan kompetensi membuat manusia survive dan mampu meraih sukses (Sukmawati, 2006).
Kompetensi atau kemampuan didefinisikan pula sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Kompetensi dapat dihubungkan dengan kinerja dalam sebuah sebab-akibat yang menunjukkan bahwa tujuan, perangai, konsep diri, dan kompetensi pengetahuan yang dibagkitkan oleh suatu keadaan, dapat memperkirakan perilaku-perilaku cakap, yang kemudian memperkirakan kinerja. Kompetensi mencakup niat, tindakan, dan hasil akhir (Alain Mitrani,1992).
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli diatas, maka kompetensi penyuluh pertanian adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap penyuluh yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak agar dapat meningkatkan kinerjanya sesuai target yang diharapkan.
Departemen Pertanian (2008), menyatakan dalam pasal 21 tentang kebijakan ketenagaan penyuluh diantara ayatnya bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah meningkatkan kompetensi Penyuluh PNS melalui pendidikan dan pelatihan penyuluh yang diatur dengan peraturan pemerintah. Kompetensi Penyuluh pertanian yaitu pendidikan dasar penyuluhan dan pengetahuan teknis penyuluh pertanian. Pendidikan dasar penyuluh meliputi pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan, dan penyuluh partisipatif. Pengetahuan teknis penyuluh meliputi pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli diatas, maka kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak agar dapat meningkatkan kinerja sesuai target yang diharapkan. Kompetensi penyuluh pertanian meliputi pendidikan dasar penyuluhan dan pengetahuan teknis penyuluh pertanian.
Pendidikan Dasar Penyuluh Pertanian
Pendidikan dasar penyuluh pertanian meliputi pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan, dan penyuluh partisipatif.
Pendidikan orang dewasa penyuluh pertanian, menunjukkan penyuluh pertanian mengikuti dan menerapkan pendidikan yang bersifat lateral yang saling mengisi dan berbagi pengalaman antara pendidik dan peserta didik dibanding pendidikan yang sifatnya lateral atau menggurui/ceramah, keberhasilan dalam pendidikan orang dewasa tidak ditentukan oleh jumlah materi atau informasi yang disampaikan, tetapi seberapa jauh tercipta dialog antara pendidik dan peserta didik, sasaran utamanya adalah orang dewasa (baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis) (Mardikanto, 1993).
Menurut Dahama dan Bhatnagar (Departemem Pendidikan Nasional: 2006), prinsip-prinsip penyuluhan itu adalah: a) minat dan kebutuhan artinya penyuluhan pertanian akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat mengenai hal ini harus dikaji secara mendalam apa yang harus menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu maupun segenap masyarakatnya, b) organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan pertanian akan efektif jika mampu melibatkan/membentuk organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga/kekerabatan, c) keragaman budaya artinya penyuluh pertanian harus memperhatikan adanya keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan pertanian harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang neraga, d) perubahan budaya artinya setiap kegiatan penyuluhan pertanian mengakibatkan perubahan budaya yang harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya. Setiap penyuluh pertanian perlu terlebih dahulu memperhatikan nilai-nilai budaya lokal seperti tabu, kebiasaan-kebiasaan dan lain-lain, e) Kerjasama dan partisipatif artinya penyuluhan pertanian hanya efektif jika mampu menggerakkan masyarakat untuk selalu kerjasama dalam melaksanakan program-program/programa penyuluhan pertanian yang telah dirancang, f) demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan pertanian harus selalu memberikan kesempatan kepada petani untuk menawarkan setiap ilmu alternatif yang ingin ditawarkan, g) belajar sambil bekerja artinya diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil bekerja, h) penggunaan metoda yang sesuai artinya penyuluhan pertanian harus dilaksanakan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai-nilai sosial budaya) sasarannya i) kepemimpinan artinya penyuluh pertanian harus menumbuhkan kepemimpinan petani, j) spesialisasi yang terlatih artinya penyuluh pertanian harus benar-benar orang yang telah memperoleh latihan khusus tentang penyuluhan, k) segenap keluarga artinya penyuluh pertanian harus memperhatikan segenap keluarga, l) kepuasan artinya penyuluh pertanian mampu mewujudkan tercapainya kepuasan.
Pendidikan kemitraan, mencerminkan adanya pengembangan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara penyuluh dan petani setempat, penyuluh dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah.

Penyuluhan partisipatif, menunjukkan pendidikan dan pelatihan penyuluh dalam bentuk non formal khususnya bagi orang dewasa. Pada pendidikan dan pelatihan ini, pelatih dipandang kedudukannya sama dengan peserta dan oleh karena itu berfungsi sebagai mitra belajar. Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Spesifik Lokal (Departemen Pertanian: 2006) menyatakan prinsip penyuluhan partisipatif diantaranya: 1) menolong diri sendiri, 2) partisipasi, 3) kemitrasejajaran, 4) demokrasi, 5) keterbukaan, 6) desentralisasi, 7) kemandirian, 8) akuntabilitas, 9) menemukan sendiri dan spesifik local, 10) membangun pengetahuan, 11) kerjasama dan koordinasi.

Pengetahuan Teknis Penyuluh Pertanian
Pengetahuan teknis penyuluh petanian, menunjukkan pengetahuan mengenai ilmu budidaya tanaman pertanian yang mencakup pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik sera pengendalian hama dan penyakit tanaman (Mardikanto, 1993).
Pemilihan dan penggunaan bibit unggul dalam penelitian ini yaitu pada tanaman pangan khususnya tanaman padi dan tanaman holtikultura khususnya tanaman sayuran yaitu tanaman bayam. Tanaman tersebut merupakan tanaman yang unggul dan prioritas utama petani pada saat ini. Bibit unggul pada tanaman padi di Sulawesi Tenggara terdapat pada bibit padi Konawe, Mekongga, Ciherang dan Cisantana, syarat tumbuh bibit padi Konawe dianjurkan ditanam pada lahan sawah pada ketinggian < 550 m dpl, Mekongga syarat tumbuhnya cocok ditanam di lahan sawah di Wilayah Sulawesi Tenggara khususnya, Ciherang cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian dibawah 500 m dpl dan Cisantana cocok ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dan baik ditanam pada lahan irigasi kurang subur. Sifat varietas unggul padi: 1) daya hasil tinggi, umur pendek, 2) respon terhadap pupuk, 3) resisten terhadap serangga, hama dan penyakit, 4) daya tahan rebah. Jarak tanam bibit padi varietas unggul digunakan 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan dengan 2-3 biji tiap lubang sedalam 2 cm tegak lurus (Soemartono, 1998).
Pada bibit bayam terdapat pada pengembangbiakan bijinya sendiri, syarat tumbuh tanaman bayam dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi 2000 m di atas permukaan laut dan tempat penanamannya di tempat yang terbuka. Jarak antara barisan tanaman bayam adalah 30 cm. Sifat varietas unggul bayam, yaitu: 1) bentuk biji kecil (1g = 2000 biji), 2) bibit yang menghasilkan benih tua tahan lama dapat disimpan sampai dua tahun, 3) pertumbuhan biji cepat dan cepat berbunga (Sutarno, 1995).
Menurut Mubryanto (Anshari, 2008) menyatakan bahwa pengaturan pengairan pada tanaman padi hendaknya dilaksanakan sesuai dengan tahapan berikut: 1) awal pertumbuhan yaitu setelah benih padai ditanam, sawah dialiri kira-kira 2-3 cm dari pemupukan tanah, 2) saat pembentukan anakan yaitu air dipertahankan kira-kira 3-5 cm, 3) saat pembentukan anakan tunas bulir, air dipertahankan pada kisaran 10 cm dari pemupukan tanah, 4) saat pembuangan. Sedangkan menurut Soemartono (1998) menyatakan bahwa pengaturan pengairan pada tanaman sayuran bayam yaitu memerlukan air 4 liter/m2 pertanaman/hari pada saat tanaman masih muda sampai minggu pertama. Tetapi menjelang dewasa tanaman ini memerlukan air dua kali lipat setiap harinya dan yang terpenting menjaga kelembaban tanahnya.
Pemberian pupuk pada tanaman padi yaitu khususnya petani di Sulawesi Tenggara menggunakan pupuk NPK (Nitrogen, Phospor dan kalium), pada pemupukan dasar dilakukan pada umur tiga minggu setelah hambur dan pemupukan selanjutnya pada umur 50-55 hari setelah hambur. Sedangkan pada tanaman bayam pada lahan yang tandus perlu diberi pupuk kandang dengan dosis 20 t/ha atu 2 kg/m2. Pupuk kandang yang biasa digunakan berasal dari kotoran ternak seperti kotoran ayam, kambing dan sapi. Pupuk kandang yang biasa digunakan petani yaitu kotoran ayam, karena lebih tinggi kandungan zatnya yang dibutuhkan tanaman. Sedangkan untuk lahan yang kaya akan bahan organik, pupuk kandang tidak perlu lagi. Selanjutnya tanaman bayam yang tingginya mencapai 5 cm perlu dipupuk dengan 300 kg Urea dan 100 kg KCL per hektar. Pupuk KCL setengah dosis Urea diberikan pada umur dua minggu setelah tanam dengan cara ditaburkan merata diantara baris tanaman bayam (Soemartono, 1998).
Redaksi Agromedia (2007), menyatakan bahwa kualitas pupuk yang baik untuk pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos yaitu: 1) tidak berbau tajam, 2) berwarna cokelat tua, 3) tampak kering, 4) gembur jika diremas, 5) tidak terasa panas jika dipegang, sedangkan kualitas pupuk kimia yang baik yaitu kondisi fisiknya baik, tidak mengalami perubahan warna, bentuk maupun ukuran butiran. Pupuk yang berubah warna menandakan telah terjadi reaksi kimia yang menyebabkan perubahan komposisi sehingga kualitas pupuk bisa menurun. Pupuk yang telah berubah bentuk misalnya dari butiran menjadi bubuk, mencair atau bahkan menggumpal menandakan pupuk sudah tidak berkualitas. Gejala tanaman yang membutuhkan pupuk pada tanaman padi yaitu pupuk Nitrogen (N) cirri tanamannya pertumbuhan lambat, mula-mula daun menguning dan mongering, lalu rontok. Daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah lalu disusul daun bagian atas. Manfaat pupuk Nitrogen memacu pertumbuhan tanaman, terutama pada fase vegetatif. Berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
Unsur Posfor (P) ciri tanaman yaitu daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan menjadi kuning keabuan, dan rontok. Tepi daun, cabang dan batang berwarna merah ungu lalu menjadi kuning. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga atau buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannnya kecil. Manfaatnya membantu pembentukan protein dan mineral, meransang pertumbuhan dan perkembangan mempercepat pembungaan dan pembuahan serta mempercepat pemasakan biji dan buah tanaman. Unsur Kalium (K) ciri tanaman mengerut atau keriting, timbul bercak-bercak merah cokelat, kemudian kering dan mati serta perkembangan akar lambat. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, kualitas tidak tahan lama. Manfaatnya membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Pupuk Urea pada tanaman bayam gejalanya sama seperti pupuk Nitrogen dan pupuk KCL gejala tanamannya gampang layu, daun pucat, keriput, dan sebagian mongering. Produktifitas tanaman rendah dan pemasakan buah lambat
(Redaksi Agromedia, 2007).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi ialah dengan menggunakan sistem PHT, rekomendasi PHT perlu dipadukan dalam budidaya tanaman padi yaitu: 1) penggunaan varietas tahan, potensi hasil tinggi serta berkualitas baik, 2) rotasi varietas yang memiliki ketahanan yang berbeda setiap musim atau didalam musim tanam, 3) tanam serempak pada waktu yang tepat dalam setiap wilayah dalam musim tanam tertentu, 4) penggunaan pestisida secara tepat melalui pemantauan/pengamatan.
Hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman padi yaitu tungro, wereng cokelat dan penggerek batang, untuk menghindari hal tersebut diharapkan penanaman dilaksanakan secara serentak walaupun varietas ditanam umurnya beragam. Pengendalian gulma bisa dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Apabila tenaga kerja setempat kurang dan mahal, maka disarankan penyiangan dengan menggunakan bahan kimia. Untuk tanaman padi dengan system tanam pindah bisa digunakan herbisida pasca tumbuh antara lain 2,4 D (DMA-6) diikuti dengan menggunakan tangan atau landak (alat penyiang), sedangkan usahati padi dengan system tanam benih langsung, direkomendasikan penggunaan herbisida pra-tumbuh antara lain Oxadiazon (Ronstar D.83) pada 2-3 hari sebelum tanam atau Butchlor (Machete 600 EC) yang diaplikasikan satu hari sebelum tanam atupun herbisida pasca tumbuh seperti Matsulfuran (Alley 20 WGD) yang diberikan 7-14 hari setelah tanam benih, kemudian diikuti dengan menggunakan tangan atau landak. Sedangkan untuk tanaman bayam yang sering menyerang ialah ulat daun, kutu daun, dan belalang. Untuk mengendalikan hama-hama tersebut dapat dilakukan dengan menyemprot menggunakan insektisida biologis, seperti Bacillus thuringiensis (Dipel WP) atu jenis insektisida piretroid (permetrin, sipermetrin) (Sutarno, 1995).
Seorang petugas penyuluh harus mempunyai kualitas teknis tertentu dan kemampuan sosial jika ia hendak melaksanakan tugasnya dengan efektif. Misalnya petugas penyuluh memiliki kredibilitas terhadap petani, artinya para petani sangat respek kepadanya sebagai orang yang memiliki kemampuan teknis pada daerah penghasil pertanian. Penyuluh juga menginterpretasikan hasil pengamatan dengan teliti dan benar. Penyuluh harus memahami aspek-aspek praktis pertanian. Hal ini bukan menganjurkan agar lebih ahli dalam mempraktekkan seluruh kegiatan-fisik yang berhubungan dengan pertanian dari pada kegiatan yang dilakukan petani. Petugas penyuluh harus mampu dan cakap mendemonstrasikan pengetahuan lapangannya dan lebih baik lagi jika mampu menguasai beberapa diantaranya. Oleh karena itu pengalaman tentang kegiatan pertanian merupakan bagian dari pelatihan setiap petugas penyuluhan yang baik (Hamundu, 1997).

Kinerja Penyuluh Pertanian
Menurut Handoko (2001), pengertian kinerja adalah prestasi yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi. Agar dapat memberikan umpan balik karyawan maupun organisasi, maka perlu dilakukan penilaian atas prestasi tersebut. Sedangkan pegertian tentang prestasi kerja (job performance) menurut Lawer dan Porter (As’ad,2002) ialah successful role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatannya. Prestasi berarti merupakan pencapaian hasil kerja. Pegawai yang kinerjanya tinggi akan produktif dalam bekerja. Hal itu menunjukkan bahwa kineja sangat erat hubungannya dengan produktivitas.
Menurut Badan Pengembangan Sumberdaya manusia pertanian dalam peraturan menteri No. 55/Permentan/Kp.120/7/2007 tentang penilaian terhadap calon penyuluh pertanian yang berprestasi dilakukan penilaian berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut : 1)angka kredit dan kenaikan pangkat, yaitu berupa angka kredit yang dikumpulkan dan kenaikan pangkat, 2) prestasi kerja dan karya tulis, yaitu a) kegiatan utama penyuluhan pertanian, b) perencanaan kerja penyuluhan pertanian, c) programa penyuluhan pertanian, d) rencana kerja penyuluh pertanian, e) penyusunan materi penyuluhan pertanian, f) penerapan metode penyuluhan pertanian, g) pengembangan swadaya dan swakarsa petani, h) pengembangan wilayah, i) pengembangan profesi penyuluh pertanian, j) pengembangan hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah.
Kinerja penyuluh adalah hasil yang dicapai dari apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai penyuluh PNS. Adapun indikator kinerja penyuluh pertanian yaitu kunjungan ke wilayah yang menjadi binaan penyuluh, program kerja yang dibuat, pelaporan yang dilakukan dari setiap kegiatan yang dilakukan, kedisiplinan penyuluh dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai penyuluh PNS, materi penyuluhan serta metode yang digunakan penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan (Arimbawa, 2007).
Kunjungan kerja setiap bulan ke wilayah yang menjadi binaan penyuluh, menceminkan adanya sistem pemantauan yang memadai untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, kendala-kendala yang ditemui, masalah-masalah yang dihadapi baik oleh penyuluh lapangan maupun petani yang pemecahan masalah tersebut diselesaikan melalui kegiatan penyuluhan, kegiatan tersebut dijabarkan dalam kegiatan bulanan yang tercatat dalam buku kerja penyuluh pertanian (Anonim, 2006).
Adanya program kerja yang dibuat setiap kunjungan kerja ke desa binaan, maksudnya penyuluh pertanian menyiapkan sebuah pernyataan tertulis/programa penyuluhan yang disusun secara sistematis tentang rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang menggambarkan keadan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah-masalah serta cara mncapai tujuan yang disusun secara partisipatif setiap tahun, dalam rangka memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan program pembangunan pertanian yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Departemen Pertanian, 2008).
Adanya pelaporan dari setiap kegiatan yang dilakukan setiap bulannya, maksudnya setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang dibuat wajib dilaporkan yang berisi suatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang telah dilaksanakan. Melalui pelaporan tersebut kita dapat mengkaji sejauhmana keberhasilan kegiatan tersebut telah tercapai (Anonim, 2006).
Disiplin, maksudnya penyuluh pertanian memiliki kesadaran dan mampu mengendalikan diri untuk selalu memotifasi dalam dirinya untuk mematuhi peraturan-peraturan ditempat ia bekerja, misalnya disiplin dalam peraturan jadwal masuk dan pulang kantor.
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa metode penyuluhan menurut keadaan psiko-sosial sasarannya dibedakan dalam tiga hal, yaitu: 1) pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui kunjungan rumah dan kunjungan ditempat-tempat kegiatan sasarannya, 2) pendekatan kelompok, artinya penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan, penyelenggaraan latihan dan lain-lain, 3) pendekatan massal, artinya jika penyuluh berkomunikasi secara tak langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya lewat televisi, penyebaran selebaran, radio dan lain-lain. Materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh, pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut harus selalu mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh masyarakat sasarannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Arboleda (Mardikanto, 1993) memberikan acuan agar setiap penyuluh mampu membeda-bedakan ragam materi penyuluhan yang ingin disampaikan pada setiap kegiatannya. Gagam materi penyuluhan menurut kebutuhan sasarannya, yaitu: 1) materi pokok, yaitu materi yang benar-benar dibutuhkan dan harus diketahui oleh sasaran utamanya. Materi pokok sedikitnya mencakup 50% dari seluruh materi yang ingin disampaikan pada saat yang sama, contohnya tentang kebijakan dan peraturan-peraturan pelaksanaan pembangunan pertanian, 2) materi yang penting, yaitu materi yang berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasarannya. Materi ini, diberikan sekitar 30% dari seluruh materi yang ingin disampaikannya contohnya ilmu budidaya tanaman, ilmu ekonomi pertanian, informasi penelitian, 3) materi penunjang, yaitu materi yang masih berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan, yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakannya itu. Materi ini maksimal sebanyak 20% dari seluruh materi yang diberikan, contohnya informasi pasar, informasi pelembagaan dan pengalaman petani, 4) materi yang mubazir, yaitu materi yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada gayutannya dengan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat sasarannya. Karena itu, dalam setiap kegiatan penyuluhan, sebaiknya dihindari penyampaian materi-materi seperti itu.
Sejalan dengan itu Gomes (2001), menyatakan bahwa kinerja seseorang dapat diukur dari: a) quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan, b) quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya, c) job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya, d) creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, e) cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota organisasi), f) dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja, g) initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya, h) personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi.
Robert , dkk.,(2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu yaitu: 1) kemampuan mereka, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, 5) hubungan mereka dengan organisasi.
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Bernardin dan Russel menyatakan bahwa kinerja merupakan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedangkan kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah rata-rata dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian kinerja tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu (sulistiyani dan Rosidah, 2003).
Menurut David C. Mc Cleland (1997), berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya, dikemukakan ada enam karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu: 1) memiliki tanggungjawab yang tinggi, 2) berani mengambil resiko, 3) memiliki tujuan yang realistis, 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuan untuk merealisasi tujuan, 5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan, 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Penyuluh Pertanian
Pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan non formal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Konsep-konsep penting terkait dengan penyuluhan adalah : proses pendidikan (dengan sistem pendidikan non formal dan pendidikan orang dewasa), proses perubahan (menuju perilaku yang baik, sesuai yang diinginkan), dan proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan baru). Penyuluh pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan penerangan. Penyuluh melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran (Sri Harijati,dkk, 2005).
Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh pegawai negeri sipil memperoleh kesetaraan persyaratan, jenjang jabatan fungsional, tunjangan profesi, dan usia pensiun. Dalam meningkatkan kompetensi penyuluh PNS, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Peningkatan kompetensi penyuluh tersebut berpedoman pada standar, akreditasi, serta pola pendidikan dan pelatihan penyuluh yang diatur dengan peratutan menteri (Departemen Pertanian, 2008).
Ada sembilan aspek yang mendukung keberhasilan kinerja penyuluh pertanian, yaitu (1) penyusunan programa penyuluhan, maksudnya menyusun sebuah pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis tentang rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah-masalah dan cara mencapai tujuan, yang disusun secara partisipatif setiap tahun, dalam rangka memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan program pembangunan pertanian yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dalam pengertian programa penyuluhan pertanian terdapat empat unsur yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu keadaan yang merupakan informasi tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan programa penyuluhan pertanian, tujuan adalah pernyataan tentang perubahan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu, terbagi atas tujuan umum berisikan pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai dalam jangka panjang dan tujuan khusus berisikan pernyataan tentang perubahan yang hendak dicapai dalam jangka waktu satu bulan, (2) rencana kerja, maksudnya adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh para penyuluh berdasarkan programa penyuluhan pertanian setempat, yang menentukan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan petani, (3) data peta wilayah, maksudnya gambaran umum wilayah kerja penyuluh untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai perwilayahan komoditas unggulan, (4) terdesiminasinya informasi teknologi, maksudnya informasi teknologi pertanian dapat dirasakan secara merata dan sesuai kebutuhan petani, misalnya teknologi berupa produk atau proses .Produk antara lain bibit, benih, alat dan mesin, pestisida, dan obat–obatan
sedangkan yang dimaksud proses yaitu paket teknologi misalnya pengelolaan tanaman terpadu (PTT), (5) keberdayaan dan kemandirian petani, maksudnya dapat menumbuhkembangkan keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, kelompok usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan lembaga formal lainnya), (6) Kemitraan usaha, maksudnya terwujudnya saling menghargai, saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan antara petani dan penyuluh, (7) terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran, (8) menigkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja penyuluh pertanian (9) menigkatnya pendapatan kesejahteraan petani di wilayah kerja penyuluh pertanian (Departemen Pertanian, 2006).
Makmur (2004), mengartikan penyuluh pertanian sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah bagi petani dan anggata keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan dan bermasyarakat lebih baik. Adapaun tujuan penyuluhan pertanian menurut Padmowihardjo (1994) adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan ini akan merupakan pintu gerbang terjadinya penghayatan atau penerapan (adopsi) dari inovasi pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Adapun misi atau pesan penyuluhan pertanian adalah 1) bertani lebih baik (better farming) yang menitik beratkan pada perbaikan tekhnologi pertanian dengan melakukan usahatani yang intensif dan berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, 2) berusahatani lebih menguntungkan lebih menitik beratkan pada perbaikan aspek ekonomi, yaitu disamping perbaikan tekhnologi pertaniannya juga perlu diperhitungkan profitabilitasnya, 3) hidup lebih sejahtera (better living) menitik beratkan pada perbaikan perekonomian keluarga tani yaitu dengan better business, 4) membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera adalah tujuan akhir penyuluhan pertanian yang sangat relevan dengan tujuan pembangunan pada umumnya.
Hamundu (1997), mengartikan penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (nonformal dan informal) yang ditunjukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya dalam memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan mereka sendiri dan keluarganya serta masyarakat dilingkungan sekitarnya. Selain itu juga penyuluhan sebagai suatu system yang membantu kaum petani melalui prosedur pendidikan, memajukan metode dan tekhnik pertanian, meningkatkan efisiensi produksi atau pendapatan, memperbaiki kesejahteraannya dan mengangkat standar sosial dan pendidikan pedesaan.
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian mengupayakan tidak terciptanya “ketergantungan” masyarakat (petani) kepada penyuluhnya. Penyuluh hanya sekedar sebagai fasilitator dan dinamisator untuk memperlancar proses pembangunan pertanian yang direncanakan. Dengan kata lain, melalui penyuluhan pertanian ingin dicapai suatu masyarakat (petani) yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan tekhnologi (yang berkaitan dengan usahatani). Memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (informasi) yang baru, serta trampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan dan harapan-harapan demi tercapinya perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakatnya. Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan cara baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan produktivitas pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat. Didalam kenyataanya, kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang social budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya.
Penyuluhan pertanian merupakan bagian dari sistem pembangunan pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondunsif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soehartono, 2005).
Salim (2005), menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahtearaan mereka dapat tercapai.
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana .L., 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Van den Ban dan Hawkins (1999), dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga biasa membuat keputusan yang benar.
Selanjutnya dalam draf Repitalisasi Penyuluhan disebutkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya sebagai wujud jaminan pemerintah atas hak petani untuk mendapatkan pendidikan. Lebih lengkap dijelaskan dalam undang-undang No. 16 (SP3K), bahwa pengertian penyuluhan adalah: proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayakan beserta keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraannya. Penyuluhan pertanian sebagai fasilitator dan motivator pembangunan pertanian, dari segi teknis maupun non teknis. Dengan kompetensi penyuluh pertanian yang efektif dan efisien dalam melaksanakan tugas, maka penyuluhanakan membawa pertanian Indonesia menjadi tuan rumah di Negerinya sendiri.

Kerangka Pikir
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa kompetensi berhubugan dengan kinerja penyuluh pertanian. Kompetensi penyuluh pertanian merupakan kemampuan yang dimiliki penyuluh dalam melakukan penyuluhan. Kemampuan tersebut meliputi: pendidikan dasar penyuluh pertanian yaitu pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan dan penyuluhan partisipatif, sedangkan pengetahuan teknis penyuluh yaitu pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kinerja penyuluh pertanian meliputi kunjungan kerja, program kerja yang dibuat, pelaporan kegiatan, kedisiplinan, materi dan metode penyuluhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :




















Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Kompetensi dan Kinerja Penyuluh Pertanian.



Hipotesis Penelitian
Diduga ada hubungan antara kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian.





















METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan …..sampai dengan….2009, bertempat Di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BAPPELU) Kota Kendari. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa :
1. BAPPELU Kota Kendari memiliki sembilan BPP yang tersebar dibeberapa kecamatan yang berperan sebagai pelaksana penyuluh pertanian dan pendukung kegiatan pelaksanaan pembangunan pertanian.
2. BAPPELU Kota Kendari merupakan wadah pengembangan kerjasama, kemitraan, informasi dan peningkatan kapasitas penyuluh bagi penyuluh pertanian yang berada di BPP Kecamatan dalam wilayah Kota Kendari.
3. Penyuluh pertanian yang ada di BPP berada pada pengawasan BAPPELU Kota Kendari.

Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Menurut Arikunto (1998), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian wakil dari anggota populasi yang menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian dibawah pengawasan BAPPELU yang berada dibeberapa BPP Kecamatan Kota Kendari sebanyak 31 orang.
Penentuan sampel dilakukan secara sensus, yaitu seluruh populasi dijadikan objek penelitian. Hal ini disebabkan atas pendapat Sugiyono (2001), bahwa bila semua anggota populasi dijadikan responden, maka metode yang digunakan disebut sampling jenuh/sensus, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sasaran/individu perseorangan, misalnya data hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner/angket, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari badan-badan daerah, instansi terkait, pemerintah setempat yang berupa catatan, buku-buku, laporan, table-tabel atau diagram tentang wilayah penelitian (Sugiarto, dkk, 2001).
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui tiga cara, yaitu :
1. Observasi yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti pada penyuluh pertanian dabawa pengawasan BAPPELU yang ada dibeberapa BPP Kecamatan Kota Kendari.
2. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada responden.
3. Dokumentasi yaitu mencatat/foto copy dokumen-dokumen yang ada pada instansi atau lembaga terkenal yang mempunyai hubungan dengan data yang dibutuhkan pada penelitian ini.


Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamatai dalam penelitian ini adalah :
1. Identitas penyuluh pertanian yang meliputi : umur, pendidikan formal, pengalaman menyuluh, luas lahan garapan serta jumlah tanggungan keluarga.
2. Kompetensi penyuluh pertanian meliputi pendidikan dasar penyuluhan yaitu pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan, serta penyuluhan partisipatif dan pengetahuan teknis penyuluh meliputi pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
3. Kinerja penyuluh pertanian meliputi kunjungan kerja setiap bulan kewilayah desa binaan, adanya program kerja yang dibuat setiap kunjungan kerja ke desa binaan, adanya pelaporan dari setiap kegiatan yang dilakukan setiap bulannya, kedisiplinan penyuluh pertanian tentang jam masuk dan pulang kantor, materi penyuluhan serta metode yang digunakan dalam penyuluhan.

Analisis Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian dihitung secara presentase dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui kompetensi penyuluh pertanian dalam meningkatkan kinerjanya.
Sedangkan untuk mengetahui hubungan kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian digunakan analisis Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut :

1 _ 6 di2
rs =

n (n2-1) (Vincent, 1995)


Keterangan :
rs = nilai koefisien korelasi
di = selisih setiap pasang rank yang berkaitan dengan pasangan data (Xi,Yi)
n = banyaknya subjek atu responden

Konsep Operasional
Konsep operasional memuat pengertian atau batasan-batasan yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan untuk memudahkan dalam menganalisis data yang berhubungan dengan penarsikan kesimpulan. Batasan-batasan tersebut adalah :
1. Kompetensi penyuluh pertanian mencangkup pendidikan dasar penyuluh pertanian dan kemampuan teknis penyuluh pertanian. Pendidikan dasar penyuluhan pertanian meliputi pendidikan orang dewasa, prinsip-prinsip penyuluhan pertanian, pendidikan kemitraan, dan penyuluh partisipatif, sedangkan pengetahuan teknis penyuluhan meliputi pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pengaturan pengairan tanaman, pemupukan yang baik serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
2. Pendidikan orang dewasa yaitu pendidikan yang bersifat lateral yang saling mengisi dan berbagi pengalaman disbanding yang sifatnya vertical atau menggurui/ceramah.
3. prinsip-prinsip penyuluhan pertanian meliputi minat dan kebutuhan,
organisasi masyarakat bawah, keragaman budaya, perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif, demokrasi dalam penerapan ilmu, belajar sambil bekerja, penggunaan metode yang sesuai, kepemimpinan, spesialisasi yang terlatih, segenap keluarga, dan kepuasan.
4. Pendidikan kemitraan yaitu adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara penyuluh dengan petani, penyuluh dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah.
5. Penyuluh partisipatif meliputi menolong diri sendiri, partisipasi,
kemitrasejajaran, demokrasi, keyerbukaan, desentralisasi, kemandirian, akuntabilitas, menemukan sendiri dan spesifik local, membangun pengetahuan, serta kerjasama dan koordinasi.
6. Kinerja penyuluh pertanian adalah hasil yang dicapai dari apa yang menjadi
tugas dan tanggungjawab sebagai penyuluh PNS. Kinerja penyuluh petanian, meliputi kunjungan kerja setiap bulan kewilayah desa binaan, adanya program kerja yang dibuat, adanya pelaporan dari setiap kegiatan yang dilakukan setiap bulannya, kedisiplinan penyuluh tentang jam masuk dan pulang kantor, materi penyuluhan serta metode penyuluhan baik individu, kelompok maupun massal.
7. Penyuluh pertanian adalah seseorang yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan
8. Umur penyuluh pertanian adalah usia penyuluh pertanian yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan, dinyatakan dalam tahun.
9. Pendidikan formal adalah lamanya penyuluh (responden) mendapatkan atau
mengikuti belajar formal yang pernah dicapai, dinyatakan dalam tahun.
10. Pengalaman menyuluh adalah lamanya penyuluh pertanian dalam melakukan penyuluhan, dinyatakan dalam tahun.
11. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
ditanggung sebagian atau seluruh keperluan hidupnya oleh responden, yang
dinyatakan dalam jumlah jiwa.















Tabel 1. Indikator dan Parameter dari Variabel penelitian

No. Variabel Indikator Parameter
1. Identitas Responden

a. Umur



b. Pendidikan formal



c. c. Pengalaman
d. menyuluh
e.


f. d. Luas lahan garapan



e. Jumlah tanggungan
keluarga




Usia responden dihitung sejak lahir sampai saat menjadiresponden (tahun)

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden

Lamanya penyuluh pertanian melakukan penyuluhan sejak mulai hingga menjadi responden

Lahan yang dimanfaatkan responden dalam melakukan penyuluhan

Anggota keluarga yang ditanggung sebagian atau seluruh keperluan hidupnya oleh responden (jiwa)


- Muda (22-37 Th)
- Setengah tua (38-52 Th)

- Rendah (<12 Th)
- Tinggi (> 12 Th)


- Rendah (1-24 Th)
- Tinggi (25-48 Th)



- Rendah (0-0,4 ha)
- Tinggi (>0,4 ha)


- Rendah (1-4 jiwa)
- Tinggi (5-9 jiwa)
2.



















































.


































































3. Kompetensi penyuluh pertanian
1. Pengetahuan dasar penyuluh
a. pendidikan orang dewasa

b. prinsip-prinsip penyuluhan











c. pendidikan kemitraan





d. penyuluh partisipatif








2. Pengetahuan teknis penyuluh
a. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul







b. pengaturan pengairan













c. pemupukan yang baik








d. pengendalian hama dan penyakit




Kinerja penyuluh pertanian
a. Kunjungan kerja




b. Program kerja





c. Pelaporan kegiatan




d. d. Kedisiplinan




e. Materi penyuluhan



f. Metode penyuluhan



Pendidikan yang bersifat lateral bukan vertikal

Minat dan kebutuhan, organisasi masyarakat bawah, keragaman budaya, perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif, demokrasi dalam penerapan ilmu, belajar sambil bekerja, metode yang sesuai, kepemimpinan, spesialisasi yang terlatih, segenap keluarga, dan kepuasan

Kerjasama yang saling menguntungkan antra penyuluh dan petani, penyuluh dan lembaga pemerintah maupun non pemerintah

Menolong diri sendiri, partisipasi, kemitrasejajaran, demokrasi, keterbukaan, desentralisasi, kemandirian, akuntabilitas, menemukan sendiri dan spesifik lokal, membangun pengetahuan, kerjasama dan koordinasi



1. Tanaman pangan pada tanaman padi (Konawe, Cisantana, Mekongga, dan Ciherang). Tanaman holtikultura pada bayam.
2. Sifat varietas unggul padi dan bayam
3. Syarat tumbuh tanaman padi dan bayam

1. Pada tanaman padi, awal pertumbuhan sawah dialiri 2-3 cm dari pemupukan, pada saat pembentukan anakan, sawah dialiri 3-5 cm, pembentukan anakan tunas bulir dialiri 10 cm dari pemupukan tanah.
2. Pada tanaman bayam memerlukan air 4 liter/m2 pertanam/hari, memjelang dewasa 8-12 liter/m2 pertanam/hari.

1. Pupuk yang digunakan tanaman padi NPK dan bayam Urea
2. Kualitas pupuk yang baik (organik dan kumia).
3. gejala tanaman yang membutuhkan pupuk N, P, K dan Urea.
4. Cara pemupukan

1. Jenis tanaman dan penyakit yang menyerang
2. Pestisida yang digunakan



Menunjukkan banyaknya kunjungan kerja penyuluh setiap bulan kewilayah binaan

Menunjukkan adanya program kerja yang dibuat penyuluh setiap kunjungan kerja ke desa binaan


Menunjukkan adanya pelaporan dari setiap kegiatan yang dilakukan setiap bulan

Menunjukkan adanya kedisiplinan penyuluh tentang jam masuk dan pulang kantor

Materi penyuluhan yang diberikan sesuai kebutuhan sasaran

- Metode individu
- Metode kelompok
-Metode massal



- Kurang < 50%
- Baik > 50%

- Kurang < 50%
- Baik > 50%











- Kurang < 50%
- Baik > 50%





- Kurang < 50%
- Baik > 50%










- Kurang < 50%
- Baik > 50%








- Kurang < 50%
- Baik > 50%













- Kurang < 50%
- Baik > 50%








- Kurang < 50%
- Baik > 50%






- Rendah (3-9 kali)
- Tinggi (10-16 kali)


- Selalu dibuat
- Tidak selalu dibuat



- Selalu buat
laporan
- Tidak selalu buat
Laporan

- Disiplin (08.00-
15.00)
- Tidak disiplin


- Sesuai kebutuhan
- Tidak sesuai kebutuhan

- Sesuai sasaran
- Tidak sesuai sasaran









DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sukmawati. 2006. “Hubungan Karakteristik Sosio Demografi Para Petani Sayuran dengan Kompetensi Mereka Dalam Mengelola Usahatani Sayuran di Kota Kendari.” Tesis Magister Sains, Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Anonim, 2006. Programa Penyuluhan Pertanian Tahun Anggaran 2006. BPP Kecamatan Mandonga. Kendari.

. 2009. Budaya Kompetensi. Diperoleh dari http://www.waingapu.com/kategori/-budaya/kompetensi.html. Diakses 18 Maret 2009.

. 2009. Pengertian Kompetensi. Diperoleh dari http://mengerjakan tugas.blog spot.com/2009/03/pengertian-kompetensi-html. Diakses 24 April 2009.

Anshary Wawan Sasmawan. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Aktifitas Wanita Tani Dalam Penerapan Teknologi Sapta UsahataPadi Sawah Di Desa Duriaasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe. Skripsi Strata 1, Universitas Haluoleo. Kendari.

Ambar Tegur Sulistiyani dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Arikunto S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Arimbawa Putu. 2007. Analisis Kebutuhan Penyuluhan Dalam Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Kendari. Agriplus.Universitas Haluoleo: Kendari.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2007. Pedoman Penilaian Penyuluh Pertanian Berprestasi. Departemen Pertanian: Jakarta.

Departemen Pertanian. 2006. Buku Kerja Penyuluh Pertanian. Kantor Pusat Departemen Pertanian. Jakarta Selatan.

. 2008. Buku Kerja Penyuluh Pertanian. Kantor Pusat Departemen Pertanian. Jakarta Selatan.

Gomes. 2001. Kinerja Penyuluh. Di peroleh dari http:/mm.unsoed.net/content.php.cat-tesis=162. Diakses 24 April 2009.

Hadi Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Datar Rendah. Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.


Handoko. 2001. Kinerja Penyuluh. Di peroleh dari http:/mm.unsoed.net/content.php.cat-tesis=162. Diakses 24 April 2009.

Hamundu Mahmud. 1997. Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian. Warna Indonesia. Jakarta.

Mitrani Alain et-al. 1992 Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kompetensi. PT Intermasa. Jakarta.

Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ramasamy J. 2005. Model Kompetensi: Wajarkah Sektor Awam Meniru Sektor Swasta?. Diperoleh dari http://www.jpa.gov.my/buletinjpa/J2bi12/KOMPETENSI . htm. Diakses 12 Mei 2009.

Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT Agro Media Pustaka. Jakarta

Sarwono S. W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. P. T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemartono, dkk,. 1998 Bercocok Tanam Padi. CV. Yasaguna. Jakarta.

Sugiono, 2001. Teknik Sampling. Gramedia Utama. Jakarta.

Sulaeman Fawzia., dkk. 2005. Keragaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Diperoleh dari http://www.deptan.go.id/bpsdm/upt/stpp/magelang/jurluhtan/index.php?option=com-content&task=view&id=21&itemid=31). Diakses 24 April 2009.

Suparno Suhaenah. Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sutarno, dkk,. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press Lembang. Bandung.

Syah M. 2002. Psikologi Penddikan Dengan Pendekatan Baru. Editor: Wardam, A.S. Remaja Rosdakarya. Bandung.


Van den Ban A. W. dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Jakarta.

Vincent. 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.

Senin, 11 Januari 2010

sosial budaya dan perubahannya

Unsur-unsur yang dipertahankan dalam Kebudayaan ialah sebagai berikut

•Unsur yang mempunyai fungsi vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat.
Misalnya, sistem kekerabatan pada masyarakat suku bangsa Batak Karo dan Batak Toba. sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatannya mempunyai fungsi yang amat penting bagi kedua suku bangsa tersebut.

Oleh sebab itu, kedua suku bangsa ini cenderung mempertahankan sistem kekerabatan mereka. Suku bangsa lain di Indonesia pun mengalami hal yang sama. Kekerabatan memiliki fungsi sosial sebagai perekat anggota marga. Karena itu, masyarakat akan menolak jika sistem kekerabatan mereka diganti. Mereka juga akan berusaha mempertahankan sistem kekerabatan dari ancaman pengrusakan pihak lain.

• Unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil dan telah menyatu dalam diri.

Misalnya, makanan pokok masyarakat. Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia sejak kecil terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok mereka. Maka, meskipun beberapa golongan masyarakat mengenal makanan lezat dari Cina, negara-negara Barat, dan negara-negara luar lainnya, masyarakat Indonesia tetap mempertahankan nasi sebagai makanan pokok.

Mereka tidak menggantikan nasi dengan roti atau jenis makanan lainnya sebagai makanan pokok sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi dengan beberapa suku dan masyarakat di luar Jawa. Karena sejak kecil orang Papua diperkenalkan dan terbiasa makan Sagu, mereka akan terus mempertahankan jenis makanan ini. Kita akan melakukan kesalahan jika memaksa masyarakat Papua mengganti makanan pokoknya dari sagu menjadi nasi.

• Unsur kebudayaan yang menyangkut sistem keagamaan atau religi.
Seperti kita ketahui, sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Tetapi jauh sebelum datangnya agama Islam ke Indonesia, agama Hindu dan agama asli Indonesia telah berkembang. Oleh karena itu, meskipun sebagian besar penduduk Indonesia sudah memeluk agama Islam, namun upacara-upacara yang kental dengan tradisi Hindu dan agama asli tetap dijalankan.

Misalnya, kalau salah seorang anggota keluarga muslim meninggal dunia, pihak keluarga masih mengadakan selamatan untuk almarhum pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah ia meninggal. Kebiasaan membakar kemenyan ketika ada yang meninggal dunia juga masih dijumpai. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak ada dalam ajaran agama Islam, tetapi sebagian umat Islam di Indonesia tetap melaksanakannya.

• Unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan falsafah hidup.
Tiap masyarakat memiliki ideologi dan falsafah hidup yang dipegang teguh. Misalnya, bangsa Indonesia, tetap dengan teguh mempertahankan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa. Beberapa kali ada kelompok, baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Namun usaha-usaha tersebut tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Pancasila diterima dan dipegang teguh sebagai ideologi bangsa.

1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Terdapat perbedaan yang mendasar antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya.
Perubahan sosial meliputi perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi dan modernisasi.
Perubahan kebudayaan jauh lebih luas dari perubahan sosial. Perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat.
Perubahan social dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat saling berkaitan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat.
2. Sifat Perubahan Sosial
a. Perubahan social terjadi dimana saja dan setiap lapisan masyarakat
b. Perubahan social yang direncanakan dan tidak direncanakan.
c. Perubahan social sering menghasilkan kontroversi, atau perubahan yang terjadi dalam suatu bidang akan selalu memunculkan bantahan dann konflik dengan paihak lain.
d. Beberapa perubahan memiliki nilai kepentingan lainnya.
3. Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial
a. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada, sehingga timbul keinginan untuk mencari atau menciptakan situasi baru yang lebih baik.
b. Timbuknya ketimpangan antara hal-hal yang sekarang ada dan yang seharusnya ada dimasyarakat.
c. Timbul tekanan dari luar yang mengharuskan individu atau masyarakat untu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
4. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
a. Perubahan secara lambat dan perubahan secara cepat (dilihat dari waktu)
Perubahan secara lambat = evolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu lama.
Ciri-cirinya:
• Memerlukan waktu lama
• Perubahannya kecil
• Perubahan tidak disadari oleh masyarakat
• Tidak diikuti oleh konflik atau menimbulkan kekerasan. Contoh: perubahan mata pencaharian masyarakat.
Perubahan Secara Cepat = Revolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu sangat cepat. Ciri-cirinya:
• Membutuhkan waktu singkat
• Perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan
• Perubahan disadari/direncanakan
• Seringkali diikuti oleh kekerasan dan menimbulkan konflik. Contoh: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revulusi Prancis dan Inggris.
b. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Pengaruhnya Besar
Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Contoh: Perubahan mode pakaian, gaya potongan rambut, dan sebagainya.
Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial budaya masyarakat. Contoh: Industrialisasi membawa pengaruh pada hubungan kerja , lembaga kemasyarakatan, system pemilikan tanah, pelapisan social, hubungan kekerabatan, dan lain-lain.
c. Perubahan yang Dikehendaki/Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki/direncanakan = pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Biasanya perubahan yang tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan.
d. Faktor Pendorong Perubahan Sosial
• Menurut Alvin Betrand; awal dari proses peubahan social adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagagsan, nilai, kepercayaan, keyakinan dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.
• Menurut David Mc Clelland: Dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi (need for achievement) yang melanda masyarakat.
• Prof. Soerjono Soekarno: Perubahansosial disebabkan oleh faktor intern dalam masyarakat itu dan faktor ekstern.
Faktor intern antara lain:
1) Bertambah dabn berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
2) Adanya penemuan baru:
• Discovery: Penemuan idea tau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada.
• Invention: Penyempurnaan penemuan baru.
• Innovation/inovasi: Pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang ada.
Penemuan baru didorong oleh; Kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
3) Konflik yang terjadi dalam masyarakat
4) Pemberontakan atau revolusi
Faktor Ekstern antara lain:
1) Perubahan alam
2) Peperangan
3) Pengaruh Kebudayaan lain meliputi difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan sifat khasnya), Asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
4) Ciri perubahan social adalah :
• Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, baik lambat maupun cepat.
• Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan atan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga social lainnya.
• Perubahan social yang cepat biasanya menimbulkan disintegrasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri.
5. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
a. Kurangnya hubungan terhadap masyarakat lain, contoh; Suku-suku bangsa yang masih
dipedalaman.
b. Pendidikan yang terbelakang
c. Masyarakat yang bersikap tradisional; mempertahankan tradisi, penguasa yang konservatif.
d. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat sekali pada sekelompok orang (vested interest)
Contoh: Kelompok yang sudah mapan biasanya tidak mengkehendaki terjadinya perubahan
karena takut posisinya terancam, takut hidup susah.
e. Ketakutan akan terjadinya disintegrasi.
f. Prasangka buruk terhadap unsur budaya asing.
g. Hambatan ideologis, contoh; adanya anggapan bahwa suatu perubahan bertentangan dengan suatu ajaran agama tertentu dan lain lain.
6. Macam-macam Proses Perubahan Sosial Budaya
a. Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertemuan unsure-unsur dari berbagai kebudayaan yang bersedia yang dikuti dengan pencampuran unsur-unsur tersebut. Misalnya proses pencampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah suatu penyesuaian atau peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki oleh suatu masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
c. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan suatu unsur budaya kepada orang lain dan suatu kelompok masyarakat kedalam masyarakat lainnya.
Difusi ada dua yaitu:
• Difusi Primer adalah penyebarluasan unsure-unsur kebudayaan baru dalam masyarakat asal kebudayaan tersebut.
• Difusi Sekunder adalah proses penyebarluasan unsure-unsur kebudayaan suatu masyarakat kedalam masyarakat lain.
d. Discovery
e. Invenion
f. Inovasi
g. Modernisasi adalah proses perubahan tradisi, sikap dan system nilai dalam rangka menyesuaikan diri dengan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain.

Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian

Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian

Rangkuman Mata Kuliah


MODUL 1
SEJARAH DAN PENGERTIAN PENYULUHAN PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Sejarah Penyuluhan Pertanian
Sejarah penyuluhan pertanian memberikan pengetahuan tentang latar belakang kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Hampir setiap negara memiliki sejarah dan perkembangan penyuluhan pertaniannya masing-masing, dengan perbedaan faktor-faktor yang melatar belakanginya. Amerika Serikat memiliki sejarah penyuluhan yang berawal dari kebutuhan pendidikan pertanian, kebutuhan menyampaikan informasi dan mendorong penerapan informasi melalui kegiatan jasa penyuluhan. Di Inggris, perkembangan penyuluhan diawali oleh kebutuhan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan metode lebih sistematis, dan makin mendapat pengakuan dari masyarakat karena tekanan perang yang membutuhkan produksi bahan pangan dari dalam negeri. Di Thailand, perkembangan penyuluhan pertanian diawali dari pembentukan satu departemen penyuluhan pertanian di tingkat pusat yang sebelumnya bersifat sektoral. Penerapan sistem latihan dan kunjungan makin meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan pertanian di Thailand. Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia dapat dikelompokkan dalam masa sebelum kemerdekaan (tahun 1817-1941), masa kemerdekaan (1945-1966), masa orde baru (1966-1998), dan masa reformasi atau otonomi daerah (1998-sekarang). Pembangunan Kebun Raya di Bogor pada tahun 1917 dengan tujuan mengenalkan jenis-jenis tanaman baru, menandai awal pembangunan pertanian di Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan tersebut usaha memperbaiki pertanian rakyat diterapkan dengan sistem tanam paksa dan kekuasaan pangreh praja. Pada masa kemerdekaan, pendekatan dalam memperbaiki pertanian rakyat telah diubah dari ketika jaman penjajahan, tetapi sistem komando tetap dari satu pusat. Hal ini kurang menumbuhkan kesadaran masyarakat. Pada masa orde baru, kegiatan penyuluhan pertanian mulai mendapat pengakuan dari masyarakat petani sejalan dengan keberhasilan swasembada beras nasional. Tetapi pendekatan sentralistik dan top-down tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang makin memiliki keragaman dan butuh pengakuan. Pada masa reformasi atau penerapan otonomi daerah, pemerintah daerah mendapat kewenangan untuk mengatur dan mengurus peningkatan kualitas SDM sesuai kemampuan dan kebutuhan daerah. Dengan adanya peluang mengembangkan potensi wilayah, peran penyuluh pertanian makin dibutuhkan untuk mendorong masyarakat petani memanfaatkan peluang yang ada. Penyuluh harus mampu mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat petani setempat dan mampu menerapkan pendekatan penyuluhan yang sesuai. Dengan demikian kemampuan, kualitas penyuluh perlu pula ditingkatkan untuk dapat menghadapi perubahan-perubahan pada masa reformasi dan otonomi daerah.
Kegiatan Belajar 2
Pengertian Penyuluhan Pertanian
Pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Konsep-konsep penting terkait dengan penyuluhan adalah: proses pendidikan (dengan sistem pendidikan nonformal dan pendidikan orang dewasa), proses perubahan (menuju perilaku yang lebih baik, sesuai yang diinginkan), dan proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan baru). Penyuluhan pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan penerangan. Penyuluhan melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran. Penyuluh pertanian merupakan peran yang tidak mudah, harus mengubah usahatani dan perilaku petani beserta masyarakatnya. Seorang penyuluh harus memiliki kompotensi tertentu yang diperoleh dengan menguasai ilmu-ilmu pertanian, pendidikan, psikologi, komunikasi, sosiologi, kepemimpinan, antropologi, dan manajemen; serta ilmu-ilmu lain yang mendukung misal ilmu ekonomi. Tingkat kedalaman dan keluasan dalam penguasaan ilmu-ilmu tersebut tergantung tingkat spesialisasi penyuluh yang diinginkan, misal penyuluh pertanian ahli (profesional) atau penyuluh pertanian lapangan (subprofesional).

MODUL 2
TUJUAN DAN PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
Kegiatan Belajar 1
Tujuan Penyuluhan Pertanian
Sebagai suatu kegiatan, penyuluhan pertanian dilakukan untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani dan keluarganya. Tujuan penyuluhan pertanian adalah meningkatkan perilaku dan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Agar tujuan dapat dicapai melalui kegiatan yang tepat, maka rumusan tujuan harus memenuhi kriteria yang baik. Kriteria tujuan yang baik adalah spesifik (specific), menggambarkan arah yang akan dicapai; dapat diukur (measurable), dapat diketahui setiap kemajuan yang dicapai; dapat dicapai (achieveable), memiliki dimensi jarak (remoteness); realistis (realistic), memiliki kerangka jumlah dan jenis kegiatan yang dapat dicapai, memiliki jangka waktu (time bond) sehingga dapat ditentukan lama pencapaiannya, serta menjadi "motivasi" yaitu pernyataan tujuan harus dapat menggambarkan dengan jelas "kebutuhan" dari orang-orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan. Tujuan suatu kegiatan penting dirumuskan dengan kriteria yang baik, alasannya antara lain adalah: (a) untuk memprediksi waktu pencapaian, (b) memprediksi kebutuhan sumber daya (manusia, finansial, sarana dan prasarana), (c) memberikan pedoman dan arah kegiatan, (d) mudah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam usaha/kegiatan pencapaian tujuan, serta mudah dilakukan perbaikan sebelum terjadi kesalahan yang lebih besar. Rumusan tujuan perlu dilengkapi dengan rincian kegiatan untuk mencapai tujuan. Jenis-jenis tujuan penyuluhan pertanian dibedakan atas dasar: (a) dampak yang dihasilkan, (b) tingkatan tujuan, (c) waktu pencapaian, (d) komponen perilaku sasaran yang akan diubah, dan (e) aspek usahatani, Uraian satu jenis tujuan akan selalu terkait dengan uraian jenis tujuan yang lain. Dalam menetapkan tujuan penyuluhan pertanian, karakteristik sasaran penyuluhan harus dipahami sehingga pencapaian tujuannya benar-benar diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan sasaran penyuluhan. Petani merupakan orang dewasa yang telah memiliki karakteristik antara lain: (a) memiliki pengalaman, (b) kematangan emosi, (c) mampu berinteraksi dengan lingkungannya, dan (d) menyadari dan mampu berperan di masyarakat. Orang dewasa juga memiliki konsep-konsep yang telah melekat pada dirinya, khususnya dalam proses belajar; yaitu konsep diri, konsep pengalaman, konsep kesiapan belajar, dan konsep orientasi atau perspektif waktu. Dari uraian konsep orang dewasa, maka rumusan tujuan penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan seharusnya disesuaikan dengan cara belajar orang dewasa, yaitu: (1) cara belajar yang langsung dari pengalaman petani; (2) proses belajar yang terjadi antara penyuluh dan petani dengan kedudukan sama; (3) proses belajar yang dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar akibat tuntutan situasi setempat yang terus berubah; dan (4) suatu proses belajar yang bersifat self-learning dan kemandirian warga belajar yang berlangsung dalam situasi kehidupan yang nyata yang dituntut untuk dapat diimplikasikan dalam kegiatan penyuluhan.
Kegiatan Belajar 2
Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan
Pembangunan merupakan upaya melakukan perubahan dan pembaharuan yang dilakukan oleh suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Pembangunan pertanian merupakan salah satu aspek pembangunan tersebut. Keberhasilan pembangunan pertanian berarti akan secara signifikan menentukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebab 56,50% rumah tangga di Indonesia merupakan rumah tangga pertanian (hasil Sensus Pertanian tahun 2003). Pembangunan pertanian bukan hanya meningkatkan aspek ekonomi saja, tetapi harus dibarengi dengan pembangunan aspek manusia. Petani harus menjadi bagian dalam kegiatan pembangunan pertanian. Pengalaman masa lalu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan lingkungan telah mempengaruhi arah pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada pembangunan individu petani. Peningkatan kualitas individu akan menentukan keterlibatan petani dalam pembangunan, sehingga secara aktif berpartisipasi termasuk menikmati hasil pembangunan. Dengan demikian, pembangunan pertanian memiliki pengertian: sebagai upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat petani, yaitu melalui peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas dirinya sehingga petani mampu secara dinamis memanfaatkan peluang dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merupakan kendala untuk meraih kesejahteraan yang diidamkan. Saat ini, pembangunan pertanian mengarah pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, yang memerlukan dukungan SDM petani yang baik. SDM petani harus mencerminkan sebagai masyarakat: (1) teknologi, (2) terbuka dan transparan, serta (3) madani. Untuk menghasilkan SDM petani dengan kualitas tersebut, perlu upaya pemberdayaan petani, yaitu melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani agar memiliki kualitas perilaku sesuai pembangunan, sehingga penyuluhan merupakan penggerak dan pemercepat pembangunan. Penyuluhan pertanian memiliki peran penting, yaitu sebagai kegiatan yang merupakan katalis, pendamping, perantara, dan penemu solusi bagi pembangunan pertanian. Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan pula oleh profesionalitas penyuluh, yang memiliki tugas utama sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator, dan lain-lain.

MODUL 3
FALSAFAH DAN PRINSIP-PRINSIP PENYULUHAN
Kegiatan Belajar 1
Falsafah Penyuluhan Pertanian
Untuk dapat melakukan suatu kegiatan dengan benar, diperlukan pemahaman terhadap alasan-alasan yang mendasari dilakukannya suatu kegiatan. Berfalsafah adalah proses berpikir mencari kebenaran terhadap suatu kejadian, dan hasil jawabannya merupakan dasar-dasar pemikiran yang akan dijadikan sebagai landasan kerja suatu kegiatan. Landasan tersebut selanjutnya diperlukan untuk memberikan arah dan merupakan pedoman bagi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Dengan demikian, falsafah penyuluhan pertanian merupakan landasan atau dasar-dasar pemikiran dalam penyuluhan, sebagai pengarah dan pedoman dalam memberikan kegiatan penyuluhan dengan benar. Aliran falsafah umum yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme merupakan acuan bagi pengembangan aliran falsafah yang lain termasuk falsafah pendidikan dan falsafah penyuluhan pertanian. Idealisme, berpendapat bahwa kebenaran ada dalam pikiran manusia, sehingga untuk memperoleh jawaban kebenaran terhadap suatu fenomena adalah dengan melakukan proses berpikir secara terus melalui metode dialectica atau metode tanya jawab. Realisme, menekankan bahwa kebenaran sudah ada di dunia atau di alam dan memiliki bentuk nyata yang terpisah dari manusia. Dengan demikian untuk menemukan jawaban kebenaran, manusia harus terus berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan alam dan lingkungannya (seeing is believing). Pragmatisme, menekankan bahwa kebenaran ada dalam pengalaman manusia dan berbeda untuk setiap manusia, sehingga untuk menemukan kebenaran, manusia harus melakukan atau berbuat agar memiliki pengalaman (learning by doing), dan berlatih memecahkan masalah (problem solving) untuk mendapatkan pengalaman. Ketiga aliran falsafah tersebut cenderung diterapkan secara kombinasi. Falsafah penyuluhan pertanian yang penting dipahami antara lain ada 6 yaitu: falsafah pentingnya individu, falsafah membantu diri sendiri, falsafah mendidik, falsafah demokrasi, falsafah kerja sama, dan falsafah kontinyu atau terus menerus. Kegiatan Penyuluhan Pertanian juga menganut falsafah pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu: Hing ngarso sung tulodo, Hing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Artinya: seorang pendidik termasuk penyuluh harus memahami kondisi sasaran didik, penyuluh harus memberi informasi dan teladan, kemudian menumbuhkan kemampuan inovatif dan kreatif, dan memberi peluang untuk berkembang sesuai minat petani serta memberi dorongan. Jika dikaitkan dengan peran penyuluh, maka falsafah ini menekankan peran penyuluh sebagai motivator, fasilitator, dan partner.
Kegiatan Belajar 2
Prinsip-prinsip Penyuluhan Pertanian
Prinsip adalah pedoman atau pegangan kerja yang berupa konsep yang lebih bersifat konkrit dan operasional untuk melakukan suatu kegiatan. Prinsip juga merupakan rumusan suatu kegiatan yang bersifat relatif lebih operasional dibandingkan falsafahnya. Tujuan atau manfaat prinsip adalah memberikan arah dan batasan yang lebih jelas dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Dengan demikian, prinsip penyuluhan pertanian adalah pedoman atau pegangan kerja yang lebih konkrit dan operasional dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, yang disepakati pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan penyuluhan. Prinsip penyuluhan pertanian menurut Leagans (1961) adalah paling sederhana namun bersifat mendasar, terfokus pada sasaran didik, yaitu kegiatan yang harus dilakukan berkaitan dengan pengembangan individu petani, dan belum secara jelas melibatkan faktor lingkungan maupun komponen-komponen luar yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) prinsip mengerjakan, sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu, (2) prinsip akibat, memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat, dan (3) prinsip asosiasi, dikaitkan dengan kegiatan lainnya atau pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh petani. Prinsip-prinsip penyuluhan pertanian menurut Wiriaatmadja (1973) dikembangkan relatif lebih terperinci dibandingkan Leagans, dengan memperhatikan faktor peserta didik (petani) dan faktor lingkungan termasuk komponen-komponen di luar petani yang terlibat dalam penyelenggaraan penyuluhan. Misalnya: potensi wilayah dengan karakteristik masyarakatnya, institusi peneliti, pendidikan, penyuluh, serta perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun sumber informasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) Penyuluhan pertanian seyogianya diselenggarakan menurut keadaan-keadaan yang nyata, (2) Penyuluhan pertanian seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran, (3) Penyuluhan pertanian ditujukan kepada seluruh anggota keluarga, (4) Penyuluhan pertanian adalah pendidikan untuk demokrasi, (5) Harus ada kerja sama yang erat antara penyuluhan, penelitian, dan pendidikan, (6) Rencana-rencana kerja sebaiknya disusun bersama oleh penduduk setempat dan penyuluh pertanian, (7) Penyuluhan pertanian adalah luwes dan dapat menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan, (8) Metode demonstrasi adalah gagasan dasar bagi penyuluhan pertanian, dan (9) Penilaian hasil penyuluhan pertanian harus didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada sasaran. Prinsip-prinsip penyuluhan pertanian menurut Dahama dan Bhatnagar (1980) relatif terperinci dan komponen individu penyuluh lebih diperhatikan lagi misalnya kemampuan atau spesialisasi penyuluh yang harus selalu ditingkatkan. Prinsip tersebut menekankan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian harus memperhatikan: (1) Minat dan kebutuhan nyata petani, (2) Organisasi masyarakat bawah, (3) Keragaman budaya masyarakat setempat, (4) Perubahan budaya pasti terjadi, sehingga pelaksanaannya harus hati-hati dan bijak, (5) Kerja sama dan partisipasi semua orang, (6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, (7) Belajar sambil bekerja, (8) Penggunaan metode yang sesuai, (9) Kepemimpinan ditumbuhkan, (10) Spesialis penyuluh yang selalu terlatih, (11) Segenap keluarga dilibatkan, dan (12) Kepuasan petani yang diutamakan. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan, sehingga terdapat proses belajar-mengajar di antara sasaran didik yang umumnya orang dewasa. Jadi, prinsip penyuluhan juga harus menganut prinsip dalam pendidikan orang dewasa. Padmowihardjo (2001) menjelaskan 7 prinsip belajar orang dewasa terutama untuk kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh mengambil bagian dalam setiap kegiatan, (2) Orang dewasa belajar dengan baik apabila menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari, (3) Orang dewasa belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis, (4) Dorongan dan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik, (5) Orang dewasa belajar dengan sebaik mungkin apabila dia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya, dan keterampilannya dalam waktu yang cukup, (6) Poses belajar dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu dan daya fikir warga belajar, (7) Saling pengertian yang baik yang sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

MODUL 4
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Komponen Sistem Penyuluhan Pertanian
Sistem penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk/perangkat dari unsur-unsur penyuluhan pertanian yang menghidupkan pengelolaan pertanian secara teratur dan terpadu. Dalam sistem penyuluhan pertanian keterpaduan antar- komponennya itu diarahkan/ditujukan untuk mengubah keadaan petani/nelayan dan keluarganya agar mampu mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian menurut Slamet (2001) terdiri dari:
1. Sasaran penyuluhan, adalah kelompok petani yang merupakan pihak yang terlibat secara langsung dengan proses produksi.
2. Penyuluh, merupakan jembatan antara petani dengan sumber-sumber informasi.
3. Kelembagaan petani, sebagai wadah kumpulan petani yang terlibat secara langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
4. Kelembagaan sistem agribisnis, wadah pelaku agribisnis yang tidak hanya berorientasi pada proses produksi, tetapi juga pada penanganan pascapanen dan pemasarannya.
5. Lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mempersiapkan penyuluh agar memiliki kemampuan yang lebih tinggi baik dari segi teknik bertani maupun cara penyampaian informasi kepada petani.
6. Lembaga penelitian, merupakan lembaga yang menyediakan penemuan-penemuan baru untuk diintroduksikan pada petani.
7. Sumber informasi, berupa pihak-pihak yang memiliki informasi yang bermanfaat bagi petani sebagai pengguna informasi, atau bagi pihak lain yang memegang peranan dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Dalam sistem penyuluhan pertanian, tiap-tiap komponen memiliki fungsi dan peran sendiri-sendiri, namun dalam menjalankan fungsi dan perannya itu harus tercipta suatu kerja sama yang erat sehingga tujuan penyuluhan dapat dicapai
Kegiatan Belajar 2
Tujuan dan Strategi Kerja Sama dalam Sistem Penyuluhan Pertanian
Sistem penyuluhan pertanian memerlukan kerja sama antarkomponen yang berada dalam sistem itu sendiri. Kerja sama tersebut ditujukan untuk mencapai optimalisasi sumber daya yang ada, baik sumber daya regional maupun nasional. Tujuan kerja sama diarahkan ke dalam sistem penyuluhan pertanian yang lebih profesional dengan reorientasi penyuluhan pertanian sebagai berikut: (1) dari instansi ke kualitas penyuluh, (2) dari pendekatan top down ke bottom up, (3) dari hierarki kerja vertikal ke horizontal, (4) dari pendekatan instruktif ke partisipatif/dialogis, dan (5) dari sistem kerja linier ke jaringan. Kerja sama dalam sistem penyuluhan pertanian juga ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah, seperti: (1) meningkatkan produksi pangan, (2) merangsang pertumbuhan ekonomi, (3) meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat pedesaan, serta (4) mengusahakan pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan kepada petani guna mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengupayakan pemberdayaan petani dengan memberikan kebebasan pada petani untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam menciptakan kerja sama dalam sistem penyuluhan pertanian, diperlukan strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang tepat dan optimal. Strategi tersebut adalah dengan melibatkan sektor-sektor penting di luar petani yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan usahataninya. Keterlibatan sektor lain di luar petani seperti penelitian atau informasi pasar dapat dijembatani oleh penyuluh untuk memudahkan sampainya informasi kepada petani. Namun yang paling penting, dalam membangun sistem penyuluhan pertanian yang berorientasi ke arah yang lebih modern, maka petani sebagai sasaran penyuluhan harus mempunyai posisi utama, yaitu petani mempunyai hak untuk menentukan yang terbaik buat mereka sendiri.

MODUL 5
SASARAN PENYULUHAN PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Karakteristik dan Keadaan Sosial Budaya Sasaran
Sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah masyarakat petani termasuk keluarganya. Walaupun secara harfiah pengertian sasaran mengarah pada kesan objek suatu kegiatan, tetapi dalam hal ini sasaran penyuluhan sudah diarahkan untuk menjadi subjek atau orang yang mempunyai peranan utama dalam pembangunan pertanian. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, penting bagi seorang penyuluh untuk memahami sasarannya. Memahami sasaran berarti memahami pula ciri-ciri utama sasaran penyuluhan yang sebagian besar merupakan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pelaku kebijakan dalam menentukan program pembangunan di pedesaan. Selain ciri pribadi masyarakat sasaran, perlu pula diketahui tentang karakteristik wilayah penyuluhan serta karakteristik sosial budaya masyarakat sasaran. Karakteristik wilayah penyuluhan berkaitan dengan struktur fisik wilayah serta pola pemukiman masyarakat pada umumnya. Struktur fisik wilayah sasaran berkaitan dengan ciri-ciri geografis wilayah, dari hal tersebut penyuluh dapat memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pola pemukiman biasanya mencerminkan kehidupan sosial yang umumnya terdapat pada wilayah tersebut. Karakteristik sosial budaya sasaran merupakan faktor sensitif dan merupakan faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian. Karakteristik ini menyangkut nilai-nilai, norma sosial, pola pelapisan sosial, struktur kekuasaan dan pengaruh, serta adanya organisasi sosial yang kuat di antara masyarakatnya.
Kegiatan Belajar 2
Perilaku dan Kebutuhan Sasaran
Perilaku dan kebutuhan sasaran merupakan dua hal yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Oleh karena sasaran penyuluhan adalah manusia dewasa maka perilaku dan kebutuhan yang harus dipahami adalah perilaku dan kebutuhan orang dewasa. Faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku sasaran dapat berasal dari dalam diri sasaran maupun berasal dari pengaruh luar. Perilaku atau kebiasaan sasaran tersebut ada yang mendukung kelancaran kegiatan penyuluhan, tetapi ada pula yang menghambat. Umumnya kebiasaan-kebiasaan yang memperlancar kegiatan penyuluhan didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok yang mereka harapkan dari terlaksananya program penyuluhan. Sedangkan kebiasaan yang menghambat biasanya disebabkan adanya sikap yang kaku serta adat istiadat yang dipegang teguh. Kebutuhan seseorang terdiri dari beberapa tingkatan, biasanya berkaitan dengan kondisi perekonomian yang tengah dialaminya. Kebutuhan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi atau dorongan-dorongan yang ada dalam diri seseorang dapat berasal dari dalam, seperti adanya keinginan, harapan, dan tujuan hidup, dapat pula berasal dari luar seperti adanya tekanan dari luar. Adapun sasaran penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan: perbaikan kesejahteraan, rasa tanggung jawab pada diri sendiri, keluarga, serta masyarakat, keinginan berprestasi, menemukan hal-hal baru, melepaskan diri dari beban utang, aktualisasi diri, memperoleh jaminan di hari tua, bersosialisasi dengan masyarakat, serta keinginan untuk memperoleh kekuasaan.
Kegiatan Belajar 3
Kelompok dan Organisasi Sasaran
Masyarakat pedesaan di Indonesia sangat kental dengan kehidupan berkelompok. Kelompok ini terbentuk karena ada kepentingan-kepentingan bersama disertai adanya keterikatan sosial yang sudah mendarah daging sejak zaman dahulu. Yang paling terlihat dalam pola kehidupan berkelompok dalam masyarakat pedesaan adalah kelompok yang didasarkan atas kesamaan mata pencaharian. Karena pada umumnya mereka bermata pencaharian sebagai petani (termasuk beternak, budidaya ikan, atau nelayan) maka organisasi yang dikenal dan diarahkan oleh pemerintah adalah kelompok tani. Kelompok tani diarahkan oleh pemerintah dalam upaya pembangunan pertanian dalam skala nasional. Struktur organisasi kelompok tani diupayakan seragam dengan mengacu pada pola kehidupan masyarakat yang sudah ada sejak dulu, yaitu dengan menempatkan tokoh-tokoh masyarakat sebagai pemimpin sekaligus unsur pengaruh yang kuat bagi masyarakat dalam menyelipkan program-program pemerintah tersebut. Manfaat terbentuknya kelompok tani dirasakan sangat kuat, baik untuk kemajuan petani, maupun bagi kelancaran pelaksanaan program penyuluhan. Untuk menjaga keberlangsungan program-program yang akan datang, sebaiknya konsep kelompok tani tetap memegang teguh ciri khas kepemimpinan masyarakat pedesaan yang bersifat nonformal.

MODUL 6
PERANAN PENYULUHAN DAN ORGANISASI PENYULUHAN PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Peranan Penyuluhan Pertanian
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, penyuluh pertanian lebih cenderung menggambarkan seseorang yang bertugas ke lapangan mengunjungi petani untuk menyampaikan program penyuluhan yang dirancang oleh pemerintah. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi juga tidak salah. Secara garis besar, penyuluh adalah orang yang bekerja atau berkecimpung dalam kegiatan penyuluhan yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan, sehingga sasarannya itu mampu melakukan proses pengambilan keputusan dengan benar. Adapun jenis-jenis penyuluh tidak hanya mereka yang turun secara langsung ke lapangan menemui petani, tetapi juga mereka yang merancang program penyuluhan berdasarkan kebutuhan umum dari sasaran penyuluhan. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penyuluh dihadapkan pada peran-peran yang harus dimainkan, sesuai dengan kondisi dan harapan sasaran penyuluhan. Penyuluh dapat memposisikan dirinya sebagai motivator, edukator, fasilitator, dinamisator, organisator, penasihat, penganalisis dan lain-lain, yang peranannya itu akan membawa manfaat terutama bagi petani sebagai sasaran penyuluhannya. Sehubungan dengan berbagai peran tersebut, penyuluh dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan antara lain: kemampuan berkomunikasi, berpengetahuan luas, bersikap serta mampu menempatkan dirinya sesuai dengan karakteristik sasaran penyuluhan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain: tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternalnya antara lain: manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh.
Kegiatan Belajar 2
Organisasi Penyuluhan Pertanian
Secara umum organisasi penyuluhan pertanian dibentuk untuk memperlancar kegiatan pendekatan pada petani dalam mengintroduksikan program pembangunan pertanian. Organisasi penyuluhan pertanian merupakan suatu kumpulan atau kelompok yang mengkoordinasikan unit-unit kegiatan pembangunan pertanian dalam bentuk penyuluhan pertanian yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Tujuan organisasi penyuluhan pertanian adalah juga merupakan tujuan para anggotanya. Dengan demikian selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, organisasi penyuluhan juga seharusnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan peran penyuluh yang menjadi anggotanya. Hal ini sangat diperlukan karena akan berdampak terhadap kinerja yang ada pada diri penyuluh, sehingga mampu menjalankan perannya dengan baik. Organisasi penyuluhan pertanian mempunyai manfaat yang sangat penting bagi pengembangan peran penyuluh. Melalui organisasi penyuluhan pertanian, penyuluh diharapkan mampu untuk memahami latar belakang sosial budaya sasaran, mempunyai kaitan yang erat dengan pusat-pusat informasi, melakukan pendekatan dengan para pemimpin masyarakat, dan lain-lain. Adanya organisasi penyuluhan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari pembentukannya pertama kali pada zaman penjajahan Belanda. Berbagai perubahan terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, mulai dari pembentukan yang sederhana dengan tujuan dan kegiatan yang sederhana sampai sekarang telah menjadi satu kesatuan sistem penyuluhan yang melibatkan kerja sama di antara berbagai pihak yang merencanakan pembangunan.

MODUL 7
KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Tujuan, dan Proses Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para pakar. Namun demikian, dalam konteks penyuluhan pertanian, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari penyuluh kepada petani dan keluarganya, tetapi proses tersebut baru terhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan berupa perubahan perilaku. Ditinjau dari segi manfaatnya, ada beberapa tujuan komunikasi yaitu tujuan yang bersifat informatif, pengaruh atau persuasif, dan hiburan. Tujuan komunikasi yang jelas mengandung beberapa dimensi, yaitu dari segi "siapa" yang menjadi sasaran komunikasi dan "bagaimana" hasil yang diinginkan oleh pengirim dan penerima. Proses komunikasi dikembangkan oleh para pakar mulai dari model linear yang paling awal sampai model interaktif yang mutakhir. Model linear menggambarkan proses komunikasi sebagai aliran yang bersifat satu arah yaitu dari sumber kepada penerima pesan, sedangkan model interaktif menggambarkan proses komunikasi sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dan semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak. Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat linear (garis lurus), tetapi bersifat memusat atau konvergen. Dalam proses komunikasi, ada beberapa komponen atau unsur yang tidak dapat dihilangkan salah satunya karena masing-masing merupakan bagian yang pokok. Unsur-unsur tersebut adalah sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), tujuan (objective), dan perlakuan (treatment).
Kegi